Sabtu, 29 September 2012

Siapa yang salah

Alawi.. Deni.. siapa lagi yang akan menyusul... semuanya gara -gara perilaku anak -anak remaja yang memperturutkan hawa nafsunya, memperturutkan emosi demi sebuah ego pribadi. Mereka tawuran seolah  ingin menunjukkan siapa yang paling kuat..pertanyaanya. apakah yang ingin mereka buktikan? di mana hati nurani mereka? kenapa mereka seolah tidak mengenal agama? dimana agama mereka?  Banyak orang yang yang terus latah dengan mempertanyakan dimana hasil pendidikan? bagaimana sekolah mendidik?siapa yang salah dari semua ini? orang tua, sekolah, masyarakat ataukah pemerintah? pertanyaan-pertanyaan ini selalu muncul setelah semuanya terjadi. Bahkan banyak yang mengkambinghitamkan sekolah, sekolah dianggap gagal dalam pembentukan karakter. Kalau kita lihat dalam sudut pandang yang lain, keberhasilan peserta didik di pengaruhi oleh empat faktor, yaitu proses pendidikan yaitu : dukungan orangtua,sekolah,  masyarakat dan regulasi pemerintah. 

Faktor yang paling penting dalam pembentukan karakter anak adalah orang tua. Orang tua yang mempu menciptakan harmonisasi dalam keluarga, secara psikologis akan berpengaruh pada pribadi anak. Disharmonisasi dalam keluarga kadang kala membuat anak enggan dirumah, dan melampiaskannya dengan kegiatan negatif. Orang tua yang hanya memfasilitasi secara materi tanpa didukung oleh perhatian, dan kasih sayang akan menjadikan anak menjadi keras hati, sehingga anak terkesan liar tanpa aturan. Untuk mengatasi semua ini perlunya pendidikan agama sejak dini dan perlunya keteladanan dari orang tua, serta pemberian kasih sayang. Faktor yang kedua adalah skolah, sekolah sebagai lembaga formal dalam pengembangan ilmu pengetahuan hendaknya mampu memfasilitasi peserta didik dalam pengembangan dirinya baik dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga anak mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Selain itu, perlunya character bulding di sekolah sehingga anak selain punya kognitif skill yang tinggi juga mempunyai karakter yang bagus. Hal lain yang perlu dibenahi adalah adanya harmonisasi antara anak dan fihak sekolah ( guru, karyawan, kepsek), sehingga anak mengangap sekolah sebagai rumah kedua, sehingga tidak sungkan mengungkapkan permasalahan yang ada pada dirinya. Jika hubungan antara anak, dan fihak sekolah berjalan bagus, bukan tidak mungkin anak akan dapat berkembang secara optimal

Faktor yang ketiga  adalah masyarakat. Lingkungan masyarakat yang kondusif akan sangat mendukung tumbuh berkembangnya anak. Jika lingkungan masyarakat tidak bagus, akan mempengaruhi perilaku anak. Lingkungan masyarakat yang suka minum-minuman keras, narkoba dan tawuran  akan mempengaruhi seorang anak untuk melakukan hal yang sama. faktor yang keempat adalah regulasi pemerintah. pemerintah perlu menciptakan regulasi yang jelas dan terarah, termasuk di dalamnya perlunya revisi terhadap kurikulum,yang selama ini banyak dikritik terlalu padat, sehingga anak dipaksa untuk menghafal materi-materi yang sangat banyak, sehingga mengalami disfungsi sosial. Selain itu juga perlu adanya evaluasi terhadap sistem penilaiannya. Hal yang tidak kalah penting yang dapat dilakukan pemerintah adalah, adanya regulasi yang jelas tentang jenis-jenis hiburan yang dapat tayang dimedia cetak ataupun elektronik. Banyak orang menganggap, tayangan-tanyangan Tv sekarang banyak yang tidak mendidik. Kalau kita lihat banyak tayangan Tv yang tidak mendidik, diantaranya kekerasan, permisif,  perilaku menyimpang yang dilakukan remaja dan gaya berpaikan yang tidak mendidik. Tema-tema Tv sekarang tidak banyak yang memberikan edukasi bagaiman cara anak belajar dan bertanggung jawab. Tema-tema TV lebih berkutat pada percintaan dan hidup bermegah-megahan dengan melanggar norma. Jika sudah begini, jangan disalahkan anak,  jika ada anak SD, SMP, SMA yang melakukan tindakan kekerasan. Kondisi ini diperparah jika tidak ada penegakan hukum yang tegas.
Jadi untuk mengurangi tindakan kekerasan anak, dapat dilakukan dengan adanya sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Jika keempat faktor ini berjalan sesuai dengan fungsinya, bukan tidak mungkin akan lahir anak-anak Indonesia yang pandai dan berkarakter, sehingga mampu mengurangi angka korupsi di negeri ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar